
PADANG -- Cita-cita orang Minang untuk bangsa ini, melampaui pangkat dan jabatan. Dalam suatu pilihan sikap, akan teruji kedewasaan dan ke istiqamahan. Masyarakat Sumbar yang mayoritas suku Minangkabau telah memilih dengan nilai-nilai yang dahulu juga dipakai untuk meraih kemerdekaan Negeri ini.
Seandainya pilihan penyusunan kabinet saat ini menghindari putra Minang karena pilihan masyarakat Sumbar dalam bidang agama, sosial dan politik, tak ada yang perlu diratapi dan disedihkan.
Saya yakin masyarakat Minang di Ranah dan di Rantau sudah menyadari itu semenjak dari awal. Bukankah sudah termaktub dalam hikmah Minangkabau, "Bakato sapatah difikiri, bajalan salangkah maadok suruik".
Kalau itu sudah dilakukan maka yang harus dipakaikan adalah "tangan mancancang bahu memikue".
Tak perlu cemas karena kita yakin dengan firman Allah swt:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنفُسَكُمْ ۖ لَا يَضُرُّكُم مَّن ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ ۚ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ} [المائدة : 105]
"Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu ! tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS. al-Maidah 5:105)
Malah masyarakat minang mestinya bersyukur kepada Allah swt karena kita yakin bahwa Allah swt Maha tahu dimana Ia menempatkan posisi hamba-Nya.
Wallahu alam.



