mui sumbar
Kamis, 31 Oktober 2019

Ajakan Damai Dengan Mengacungkan Tinju Bagian 1



Ketum MUI Sumbar Buya Gusrizal Dt Palimo Basa

PADANG -- Tuan-tuan penguasa, Saya tak bisa merasakan suasana pelantikan tuan-tuan karena raga dan jiwa saya jauh dari perhelatan "keberhasilan" yang tuan-tuan rayakan. Saya juga tak bisa menebak pertimbangan apa yang melatarbelakangi nama-nama yang masuk menjadi anggota gerbong tuan-tuan karena saya tidak dilatih membaca fikiran apalagi isi hati tuan.

Meskipun saya mencoba membayangkan suasana kebahagiaan tapi ketika melihat ribuan pengawalan, saya ragu apakah dugaan saya itu benar, Bahagiakah tuan-tuan entah tidak.

Tapi sudahlah, Semua sudah berlalu dengan segala hiruk pikuk yang dinamakan orang "demokrasi".
Masing-masing kita punya kesimpulan yang akan menjadi catatan kehidupan. Tak akan berubah karena gertakan dan tak akan bergeser karena ancaman.

Dia tercatat dalam diary kehidupan yang sudah terlipat dalam lembaran peristiwa kelam dan tak bisa terjangkau oleh intervensi kekuasaan penguasa manapun kecuali Pemilik Seluruh Kekuasaan (Allah swt).

Kata "sudahlah" mulai sering menjadi harapan untuk terdengar meskipun sepatah kata itu belum tentu menyelesaikan seluruh perbedaan bahkan pertikaian yang selama ini mengelinding liar sehingga menyeret orang-orang tak bersalah ke dalam jeruji tahanan.

Bukan hanya sampai di situ, Perbedaan yang terjadi malah membuat manusia-manusia tak berhati keluar kandang untuk mencaci maki ajaran yang menjadi amanah untuk dipertahankan dan diwariskan kepada generasi masa depan.

Bahkan ada catatan sumbang dari seseorang untuk pengelola pembinaan generasi masa depan agar menghantam, menghabiskan dan meluluhkantakkan semua yang ia tak inginkan tanpa mau tahu entah apa yang dia bicarakan.

Sedangkan kekuasaan berada di satu pihak tanpa malu mempertontonkan ketidakadilan sehingga tidak sedikit rasa perih di dada hanya mendapatkan urutan telapak tangan.

"Sudahlah", rasanya kalimat itu seperti harapan untuk merajut kembali kehidupan berbangsa demi mencapai tujuan kemerdekaan yang diperjuangkan dengan pergorbanan jiwa raga para pahlawan.
Kata itu diharapkan terucap oleh mulut tuan-tuan yang bersumber dari kebersihan hati seseorang yang memang pantas memegang tampuk kepemimpinan.

"Sudahlah", kata itu bagaikan seteguk air di tengah padang kering kerontang yang akan menyirami perihnya tenggorokan karena dahaga menyakitkan.

Tapi apa hendak dikata, Kata itu tak pernah keluar bahkan tidak tersirat dari garis wajah dan selipan kalimat yang terucap.
Yang terasa hanyalah rangkulan damai untuk menyarangkan uppercut ke hulu hati orang-orang yang telah tuan-tuan berikan catatan berwarna hitam.

Entah apa maksud tuan-tuan berpesan khusus pada lembaga yang semestinya menjaga pesan-pesan ilahi, agar menyampaikan gelombang suara tinggi "urus radikalisme".

Tampaknya kata "sudahlah" tak akan terselip dalam narasi tuan apalagi dalam kebijakan bila kacamata tuan tetap saja pinjaman mereka yang sepihak memvonis umat Islam.

Satu nasehat yang ingin hamba sampaikan dalam catatan ini, itupun kalau tuan-tuan faham. "Radikalisme yang ada dalam fikiran tuan-tuan dan radikalisme yang ada dalam fikiran kami, sebelum bertemu di dalam suatu bejana kebangsaan yang berkeadilan untuk umat Islam, janganlah tuan-tuan jadikan pesan selipan dalam ajakan perdamaian".

Bila itu yang tuan-tuan lakukan, sama saja tuan-tuan mengajak damai dengan mengacungkan kepalan telapak tangan.

Dan ingatlah, Tak akan lahir kedamaian dari ancaman yang menakutkan karena apabila prinsip yang menjadi pegangan kehidupan yang tuan-tuan pertaruhkan, meong bisa saja menjadi macan".

Editor/Sumber: Rahmat Ilahi (Rijoe)

Share :

facebook twitter google+ whatsapp


Lainnya :

  • Buya Gusrizal: Selain Syaithan, Tak Usah Takut
  • Kepalan Tangan Tak Akan Terbuka Untuk Menadah Melainkan Kepada Allah Azza wa Jalla
  • Buya Gusrizal: Berawal dari Cinta Dunia, Terpuruk Dalam Kesesatan
  • Ketum MUI Sumbar: Rakyat yang Matang dengan Penderitaan
  • Pantaskan Dirimu Terima Rahmat Allah
  • Orang-orangan Sawah pun Masih Tergerak
  • Tak Ada Gunanya Sanjungan Manusia Dengan Mengundang Kutukan Allah Swt
  • Buya Gusrizal: Peringatan Sudah Lama Sampai
  • Buya Gusrizal: Kepala Yang Luka, Kok Lutut Yang Diperban
  • Buya Gusrizal Dt. Palimo Basa: Jadilah Solusi, Jangan Menambah Beban
  • MUI SUMATERA BARAT
    Situs Informasi dan Komunikasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sumatera Barat
    Komplek Masjid Agung Nurul Iman, Jalan Imam Bonjol, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar), Telepon/Fax: (0751) 811599, (0751) 8956213. Email: muisumbar95@gmail.com, lppom.muisumbar@gmail.com
    Desktop Version