mui sumbar
Minggu, 25 April 2021

Buya Nasrun Haroen Sosok Ulama yang Bersahaja dan Dicintai Semua Kalangan



Buya Nasroen Harun

MUISUMBAR.OR.ID, PADANG -- Prof.Dr.H. Nasrun Haroen, MA Lahir di Padang Sidempuan Tapanuli Selatan pada tanggal 2 September 1952. Masa kanak-kanaknya lebih banyak dijalani di daerah Pariaman sementara masa muda hingga akhir hayatnya dihabiskan di Kota Padang.

Buya Nasroen merantau kuliah ke luar negeri Suriah dan mengambil kuliah pascasarjana di Ibukota Jakarta, dari kedua pengalaman itulah yang mrmbuat dirinya diterima semua kalangan dari ormas di luar Muhammadiyah, hingga kalangan nasional maupun international.

Buya Nasroen Harun juga adalah tokoh yang bersahaja, lugas dan apa adanya, itulah pembawaan keseharian dirinya. Bila dilihat sekilas dari segi fisik saja, orang yang belum kenal dirinya saja tidak akan pernah menyangka apabila Nasrun Haroen merupakan seorang akademisi jenius dengan tingkat kedalaman ilmu yang begitu dikagumi oleh para murid, kolega dan kalangan cendekiawan Hukum Islam.

Bagi kalangan ilmuwan Hukum Islam Sumbar, Nasrun Haroen merupakan salah satu tokoh kebanggaan bagi Sumatera Barat. Tahun 2006, Buya Nasrun Haroen ditarik ke pusat oleh Menteri Agama Maftuh Basyuni untuk menjabat Direktur Pemberdayaan Zakat dengan konsep pemberdayaan zakat terpadu. Hal demikian juga tidak lepas dari keahlian yang dimiliki di bidang Hukum Islam khususnya kajian Ushul Fiqh.

Buya Nasrun Haroen menerbitkan sejumlah Karya-karya ilmiah yang banyak pembacanya berskala nasional, seperti Ushul Fiqh, Fiqh Muamalah, Asuransi Syariah dan berbagai karya tulis lainnya baik dalam bentuk jurnal dan artikel sejumlah media massa. Semuanya mencerminkan kedalam ilmu sekaligus produktivitas akademis yang tinggi sehingga memberi kontrbusi besar bagi kemajuan studi keilmuan Hukum Islam di nusantara

Dengan kedalaman ilmunya inilah maka tidaklah mengherankan kalau Nasrun Haroen selalu diundang untuk menjadi pembicara dalam banyak seminar-seminar tingkat nasional dan internasional. Buya juga selalu diminta untuk menjadi pengajar di banyak Perguruan Tinggi Negeri maupun swasta di Jakarta dan berbagai daerah lainnya. Kemudian di saat yang bersamaan, berbagai lembaga akademis dan sejumlah lembaga sosial keagamaan juga begitu mengharapkan tenaga dan keahlian beliau yang luar biasa untuk memimpin atau mengelola lembaga tersebut. Buya Nasrun Haroen pernah menjabat Dekan Fakultas Syariah IAIN Imam Bonjol Padang (2000-2004), Direktur Pasca Sarjana UMSB dan tentu saja Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahun 2005.

Buya pernah menjadi Sekretaris Majelis Tarjih Muhammadiyah Sumatera Barat periode 1985-1990.
Sebagaimana diketahui Muhammadiyah juga dikenal sebagai organisasi yang memiliki lembaga pengkajian dan peyelesaian persoalan Hukum seperti Lembaga Tarjih. Sebagai seorang mahasiswa Syariah alumni Universitas Timur Tengah bergengsi dan juga aktivis Muhammadiyah yang berprestasi maka tidaklah mengherankan kalau Nasrun Haroen pada tahun 1985 diminta ikut terlibat mengelola Majelis Tarjih Muhammadiyah Sumatera Barat. Beliau bahkan menduduki posisi sekretaris. Sifat lembaga ini cocok dengan bidang keilmuan Nasrun Haroen yaitu majelis yang membahas dan menyelesaikan persoalan Hukum Islam dan sosial masyarakat yang muncul di tengah umat. Tugas sebagai sekretaris Majelis Tarjih ia jalankan dari 1985 hingga tahun 1990.

Sudah barang tentu lembaga tersebut memiliki metode istinbath dengan standar dan sistem tersendiri. Namun meskipun Nasrun Haroen tokoh Muhammadiyah tetapi ia tetap terbuka dan menghargai pemahaman keislaman yang lain. Hal ini barangkali tidak lepas dari (salah satunya) pengalaman belajarnya di Suriah. Faktor ini pula yang menjadikan ia diterima oleh semua kalangan dan bahkan terpilih sebagai ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Barat pada tahun 2005 hingga 2010.

Penulis ingin menegaskan Buya Nasroen Harun adalah sosok yang dihormati dari tingkat kedalaman ilmu Hukum Islam, beliau juga dicintai oleh semua kalangan karena sikap kesehajaan beliau sehari-hari. (RI)

Editor/Sumber: Rahmat Ilahi (Kang Rie)

Share :

facebook twitter google+ whatsapp


Lainnya :

  • Kisah Buya Mansoer Malik Jadi Ketum MUI Perdana di Era Reformasi
  • Cerita Buya Amir Syarifuddin Jadi Ketum MUI Sumbar dan Anggota MPR Tahun 1988
  • ISTIQAMAH, Jarang Bersua Sulit Berjumpa
  • Menilik Buya Haji Djalaluddin Dari Masa Kecil Hingga Jadi Ketum MUI Sumbar kedua
  • Mengenal Buya Mansoer Dt Palimo Kayo Ketum MUI Sumbar Pertama periode 1968-1985
  • Mutiara Ramadhan Buya Gusrizal: Bahagia dan Sedih
  • Shabar dan Syukur, Pakaian Lengkap Seorang Mukmin
  • Mutiara Hikmah Buya Gusrizal: Si Lemah dalam Kesewenangan
  • Mutiara Hikmah Buya Gusrizal: Belajar Dari Rasa Lapar
  • Maklumat dan Tausiah MUI Sumbar Soal Menyambut Ramadhan di Masa Pandemi
  • MUI SUMATERA BARAT
    Situs Informasi dan Komunikasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sumatera Barat
    Komplek Masjid Agung Nurul Iman, Jalan Imam Bonjol, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar), Telepon/Fax: (0751) 811599, (0751) 8956213. Email: muisumbar95@gmail.com, lppom.muisumbar@gmail.com
    Desktop Version