MUISUMBAR.or.id, PADANG -- Apakah solusi daftar tunggu berpuluh tahun sebagai akibat dari pendaftaran tiada henti, adalah dengan menampilkan jamaah haji yang lanjut usia digendong dan dipangku oleh petugas kemudian dibungkus dengan jargon "pelayanan haji ramah lansia"?
Mengapa tidak direnungkan, bagaimana jamaah lansia itu akan beribadah dengan kondisi badan dan kejiwaan yang sudah lemah seperti itu?
Bahkan ada di antara mereka yang teringat ternaknya belum diberi makan ketika sedang perjalanan menuju tanah suci.
Mungkin akan ada yang berkomentar, itu kan hanya kasus!
Kalau ukuran yang dipakai adalah keberangkatan dan kembali pulang, tentu iya itu adalah kasus tapi bila dilanjutkan cara seperti sekarang maka peristiwa itu akan semakin banyak dengan bertambahnya jumlah lansia yang berangkat haji.
Namun bila yang menjadi ukuran adalah pelayanan ibadah para lansia yang sudah menunggu puluhan tahun, maka t8daklah berlebihan bahwa negara ini telah mengantarkan mereka ke dalam kondisi beribadah dengan kemampuan yang sangat minim dan bisa jadi sudah kehilangan istithaah secara phisik dan kejiwaan. Apakah yang menjadi kepentingan adalah penumpukan jumlah setoran awal ?
Saya melihat sudah saatnya evaluasi yang tegas dan jujur perlu dilakukan terhadap pendaftaran haji tiada henti ini.
Janganlah umat Islam terus jadi objek untuk penghimpunan modal.
Para ulama juga sudah harus bersuara bahwa sistem ini perlu dilakukan perubahan.
Ma aradtu illa al-ishlah wa ma taufiqi illa billah. (catatan Buya GG)